Artikel

Penjualan Kendaraan Listrik Diprediksi Meningkat Tahun 2025

Di tengah tidak mengenakkanya kabar tentang Dampak COVID-19 terhadap McDonald’s yang berujung pada penutupan sejumlah gerai, berita baik justru datang dari sektor otomotif. Terutama untuk kendaraan-kendaraan listrik seperti mobil listrik.

Meskipun kondisi ekonomi Indonesia yang terlihat tidak pasti, banyak pengamat cenderung optimis dengan perputaran uang di sektor otomotif. Menurut sejumlah berita, banyak orang yang memprediksi bahwa penjualan kendaraan listrik di Indonesia justru akan mengalami peningkatan.

Penjualan kendaraan listrik secara global diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup siginfikan. Prediksi angka kenaikannya pun relatif cukup tinggi yakni mencapai hingga hampir sepertiga pada tahun 2025 mendatang.

Penjualan Kendaraan Listrik Global Diproyeksikan Mencapai 15 Juta Unit

penjualan kendaraan listrik diprediksi mengalami peningkatan hingga 30 persen tahun 2025 mendatang.

Selaras dengan tingkat kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap kelestarian lingkungan, banyak orang mulai tertarik menggunakan kendaraan ramah lingkungan. Salah satunya adalah beralih menggunakan kendaraan listrik seperti mobil listrik yang saat ini semakin populer.

Melansir dari laman Republika, menurut studi yang dilakukan oleh S&P Global menyebutkan bahwa tingkat penjualan kendaraan listrik diproyeksikan akan bisa mencapai 15,1 juta unit di tahun depan. Prakiraan ini meningkat sekitar 30% bila dibandingkan perkiraan tahun ini yang hanya mencapai sekitar 11,6 juta unit.

Kenaikan penjualan kendaraan listrik ini diharapkan akan tetap terjadi meskipun ada kekhawatiran tersendiri akibat adanya perlambatan permintaan dan para produsen kendaraan listrik yang mengurangi rencana produksi mereka.

Harapan pada peningkatan jumlah kendaraan listrik ini tentu tidak terlepas dari adanya sejumlah langkah penting yang dilakukan oleh para pemerintah. Mulai dari adanya strategi pemberian insentif, potongan subsidi yang cukup tinggi, dan kemudahan lain seperti pajak kendaraan yang lebih rendah.

Salah satu negara yang diproyeksikan menyumbang tingkat penjualan yang besar adalah China. Negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi ini telah menjadi salah satu produsen dan konsumen kendaraan listrik terbesar di dunia.

Menurut laporan tersebut diproyeksikan bahwa China akan menguasai sebagian besar penjualan kendaraan listrik dengan market share mencapai 29,7 persen. Kemudian akan disusul oleh Eropa sebesar 20,4 persen, Amerika Serikat sebesar 11,2 persen. Sedangkan India diprediksi hanya akan menguasai penjualan hingga 7,5 persen saja.

Infrastruktur Elektrifikasi Masih Menjadi Tantangan

Meskipun tingkat penjualan kendaraan listrik diprediksi akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun masih ada sejumlah tantangan yang menjadi pertimbangan banyak orang. Salah satu yang paling krusial adalah terkait dengan infrastruktur elektrifikasi kendaraan listrik yang masih belum merata.

Menurut sejumlah pengamat, salah satu ganjalan yang bisa menjadi rintangan dalam penjualan kendaran lisrik adalah elektrifikasinya. Terutama yang berkaitan dengan pengisian daya, rantai pasokan baterai kendaraan listrik, dan juga daya jaringan dari mobil listrik itu sendiri.

Seperti yang sudah banyak diketahui bahwa stasiun pengisian daya kendaraan listrik merupakan komponen yang sangat penting. Stasiun pengisian daya ini akan berperan seperti SPBU pada kendaraan konvensional.

Saat ini secara umum ketersediaan stasiun pengisian daya listrik kendaraan memang masih belum merata. Bahkan di kota-kota besar pun jumlahnya masih relatif cukup terbatas. Hal ini tentunya bisa menghambat penetrasi kendaraan listrik karena adanya kekhawatiran sendiri mengenai proses pengisian daya listrik jika sewaktu-waktu kendaraan tersebut kehabisan daya saat digunakan berkendara.

Dengan adanya tingkat infrastruktur yang masih belum merata ini tentunya membutuhkan penanganan yang baik dari berbagai stakeholder. Dibutuhkan sinergi dan kerja sama yang berkelanjutan untuk bisa menghadirkan infratstruktur elektrifikasi yang optimal bagi pemilik kendaraan listrik.

Selain masalah infrastruktur elektrifikasi, ‘perang dagang’ sejumlah negara juga bisa berpengaruh pada tingkat penjualan kendaraan listrik. Salah satunya adalah pemberlakukan bea masuk pada kendaraan listrik yang dilakukan oleh sejumlah negara.

Sebagai contoh adalah negara-negara Uni Eropa (UE) yang memberlakukan bea masuk pada kendaraan-kendaraan listrik yang diimpor dari China. Kebijakan ini sudah berjalan sejak Oktober 2024 yang lalu sehingga diprediksi bisa berpengaruh pada tingkat penjualan kendaraan listrik di negara-negara anggota Uni Eropa.

“Tahun 2025 tampaknya akan menjadi tahun yang sangat menantang bagi industri otomotif global. Hal ini dikarenakan faktor permintaan regional utama membatasi potensi permintaan dan pemerintah AS yang baru pun menambah ketidakpastian baru sejak hari pertama,” demikian ungkap Colin Couchman selaku direktur eksekutif di S&P Global Mobility.

Secara umum penjualan kendaraan listrik memang terus tumbuh namun melambat. Hal ini tentunya memaksa para produsen untuk mengkaji ulang mengenai strategi mereka untuk menopang agar industri mereka tetap berjalan.

Sebagai contoh adalah mobil listrik Tesla S milik Elon Musk yang meskipun sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di dunia, beberapa kali harus memangkas harga produknya tersebut agar bisa menyesuaikan dengan permintaan pasar.

Itulah ulasan lengkap mengenai berita dunia terbaru tentang potensi penjualan kendaraan listrik global yang diprediksi meningkat di tahun 2025 mendatang. Apakah Anda juga termasuk orang yang sangat antusias dengan perkembangan dunia otomotif khususnya kendaraan listrik?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *